Bukan, ini bukan topik bokep. Kalimat diatas merupakan tulisan yang sering kita jumpai pada bagian sisi kotak kemasan susu atau produk minuman lain, kecuali soda tentunya. Namun tulisan ini sepertinya gak pernah ditaati. Gue yakin bahwa gak sampe 10 persen dari total pembeli produk susu tersebut di Indonesia yang benar-benar mengocok sebelum meminumnya. Gue sendiri termasuk orang yang minoritas tersebut. Orang-orang sering memandang dengan aneh kalo gue keluar dari minimarket sambil mengocok2 sesuatu. Itu karena gue baru beli susu, goblok...
Kenapa susu cair harus dikocok ? Walaupun nilai kimia gue waktu SMA gak bersinar2 amat, gue tau kalo susu itu merupakan larutan / emulsi, bukan SENYAWA. Ikatan antar molekulnya tidak begitu kuat, sehingga jika didiamkan dalam waktu yang lama, molekul yang berat cenderung turun sedangkan molekul yang ringan akan naik. Oleh karena itu akan terjadi perbedaan konsentrasi yang berakibat pada persebaran nutrisi dan rasa yang tidak merata. Malah ada kemungkinan nutrisi masih tertinggal di dasar kemasan walaupun kita merasa telah meminumnya sampai habis.
Okey, dalam tulisan ini gue bukan mau membahas kimia susu. Tapi fenomena bahwa orang Indonesia umumnya TIDAK PERNAH membaca detail. Kasus "Kocok Dahulu" di atas hanya satu contoh. Contoh lainnya seperti pada pintu masuk toko / gedung yang bukan otomatis. Umumnya ada tulisan "DORONG / TARIK" di pintu tersebut. Tulisan ini juga jarang dipatuhi. Tulisannya "Dorong" malah ditarik, tulisannya "Tarik" malah didorong. Walaupun engsel pintu itu mungkin dapat dibuka ke arah manapun, namun pasti ada tujuan sang pemilik toko / gedung memasang tanda itu. Mungkin untuk memperlancar traffic atau semacamnya. Tidak mengikuti tanda tersebut berarti kita tidak menghargai orang yang memasangnya. Kadang2 kalo gue ngeliat ada orang di arah berlawanan yang ngedorong pintu yang semestinya dia tarik, gue sebenarnya pingin ngedorong balik pintu itu yang kenceng supaya idungnya kepentok. Siapa suruh gak baca tulisan ? Bagaimana kalo pintu yang ada di spaceship ? Kalo prosedur buka pintunya salah kan bisa kebocoran oksigen atau semacamnya....
Salah satu analisis gue untuk penyebab fenomena ini ialah bahwa orang Indonesia selalu merasa sudah mengerti tanpa harus membaca detail-detail kecil tersebut. Setelah orang meng-install software, mereka umumnya merasa langsung bisa menggunakan tanpa membaca dulu Help / Tutorial-nya. Demikian pula dengan orang yang membeli produk seperti HP, TV, atau DVD Player. User manual dari produk2 tersebut langsung masuk tong sampah tanpa pernah dibaca. Bagaimana jika detail2 tersebut merupakan bagian dari kontrak senilai jutaan dollar ? Atau merupakan bagian dari petunjuk penggunaan mesin pada pembangkit listrik tenaga nuklir ?
Salah satu akibat dari "skip details" ini ialah jika timbul masalah nantinya, dimana solusi sebenarnya dapat ditemukan jika saja kita membaca detail yang diberikan. Ketika masalah itu muncul, orang malah mencari bantuan eksternal, tanpa mencari lebih dulu pada bantuan yang telah disediakan bersama produk. Gue pernah ditelpon nyokap, yang nanya gimana cara betulin masalah yang ada di Firefox. Padahal solusinya cuma butuh dua kali klik dan itupun ada di depan mata persis (di layar yang sama saat pesan kesalahan muncul), namun karena kurang pengetahuan serta "skip details", dua klik itupun diganti dengan sekian banyak "klik" di pesawat telpon. Belum lagi dari sekian menit yang terbuang percuma. Gue juga sering menjumpai orang yang nggak tau fitur-fitur pada alat elektroniknya sendiri, padahal udah dimiliki sejak bertahun2....
Gue adalah orang yang hampir gak pernah melewatkan detail. Kalo di atas tutup Pop-Mie ada tulisan "Buka Sampai Batas Ini", maka gue selalu membuka tutup Pop-Mie sampai garis batas tersebut, gak lebih dan gak kurang. Rasanya semua detail itu penting. Kebiasaan "skip details" ini juga yang mungkin jadi penyebab kenapa bangsa kita tidak bisa menjadi bangsa yang besar, karena kita selalu melewatkan hal-hal kecil...
By the way, para pembaca yang budiman, mungkin sekarang gue akan lebih jarang meng-update blog ini. Hal ini dikarenakan gue udah punya pekerjaan sekarang dan susah nyari waktu senggang. Ah, seandainya gue masih muda dan tolol... (Sekarang gue sudah tua dan tolol...)
Kenapa susu cair harus dikocok ? Walaupun nilai kimia gue waktu SMA gak bersinar2 amat, gue tau kalo susu itu merupakan larutan / emulsi, bukan SENYAWA. Ikatan antar molekulnya tidak begitu kuat, sehingga jika didiamkan dalam waktu yang lama, molekul yang berat cenderung turun sedangkan molekul yang ringan akan naik. Oleh karena itu akan terjadi perbedaan konsentrasi yang berakibat pada persebaran nutrisi dan rasa yang tidak merata. Malah ada kemungkinan nutrisi masih tertinggal di dasar kemasan walaupun kita merasa telah meminumnya sampai habis.
Okey, dalam tulisan ini gue bukan mau membahas kimia susu. Tapi fenomena bahwa orang Indonesia umumnya TIDAK PERNAH membaca detail. Kasus "Kocok Dahulu" di atas hanya satu contoh. Contoh lainnya seperti pada pintu masuk toko / gedung yang bukan otomatis. Umumnya ada tulisan "DORONG / TARIK" di pintu tersebut. Tulisan ini juga jarang dipatuhi. Tulisannya "Dorong" malah ditarik, tulisannya "Tarik" malah didorong. Walaupun engsel pintu itu mungkin dapat dibuka ke arah manapun, namun pasti ada tujuan sang pemilik toko / gedung memasang tanda itu. Mungkin untuk memperlancar traffic atau semacamnya. Tidak mengikuti tanda tersebut berarti kita tidak menghargai orang yang memasangnya. Kadang2 kalo gue ngeliat ada orang di arah berlawanan yang ngedorong pintu yang semestinya dia tarik, gue sebenarnya pingin ngedorong balik pintu itu yang kenceng supaya idungnya kepentok. Siapa suruh gak baca tulisan ? Bagaimana kalo pintu yang ada di spaceship ? Kalo prosedur buka pintunya salah kan bisa kebocoran oksigen atau semacamnya....
Salah satu analisis gue untuk penyebab fenomena ini ialah bahwa orang Indonesia selalu merasa sudah mengerti tanpa harus membaca detail-detail kecil tersebut. Setelah orang meng-install software, mereka umumnya merasa langsung bisa menggunakan tanpa membaca dulu Help / Tutorial-nya. Demikian pula dengan orang yang membeli produk seperti HP, TV, atau DVD Player. User manual dari produk2 tersebut langsung masuk tong sampah tanpa pernah dibaca. Bagaimana jika detail2 tersebut merupakan bagian dari kontrak senilai jutaan dollar ? Atau merupakan bagian dari petunjuk penggunaan mesin pada pembangkit listrik tenaga nuklir ?
Salah satu akibat dari "skip details" ini ialah jika timbul masalah nantinya, dimana solusi sebenarnya dapat ditemukan jika saja kita membaca detail yang diberikan. Ketika masalah itu muncul, orang malah mencari bantuan eksternal, tanpa mencari lebih dulu pada bantuan yang telah disediakan bersama produk. Gue pernah ditelpon nyokap, yang nanya gimana cara betulin masalah yang ada di Firefox. Padahal solusinya cuma butuh dua kali klik dan itupun ada di depan mata persis (di layar yang sama saat pesan kesalahan muncul), namun karena kurang pengetahuan serta "skip details", dua klik itupun diganti dengan sekian banyak "klik" di pesawat telpon. Belum lagi dari sekian menit yang terbuang percuma. Gue juga sering menjumpai orang yang nggak tau fitur-fitur pada alat elektroniknya sendiri, padahal udah dimiliki sejak bertahun2....
Gue adalah orang yang hampir gak pernah melewatkan detail. Kalo di atas tutup Pop-Mie ada tulisan "Buka Sampai Batas Ini", maka gue selalu membuka tutup Pop-Mie sampai garis batas tersebut, gak lebih dan gak kurang. Rasanya semua detail itu penting. Kebiasaan "skip details" ini juga yang mungkin jadi penyebab kenapa bangsa kita tidak bisa menjadi bangsa yang besar, karena kita selalu melewatkan hal-hal kecil...
By the way, para pembaca yang budiman, mungkin sekarang gue akan lebih jarang meng-update blog ini. Hal ini dikarenakan gue udah punya pekerjaan sekarang dan susah nyari waktu senggang. Ah, seandainya gue masih muda dan tolol... (Sekarang gue sudah tua dan tolol...)
Well, kita ngga berhak nge-judge kalo belum ngeliat dari kedua perspektif pro-kontranya dulu..
ReplyDeleteLoe belum mengakomodir positifnya "skip-detail" Moy. Mungkin penyingkatan langkah ini bisa jadi langkah terbaik untuk tujuan yang lebih besar ke depannya.
Analoginya, kita pasti make rumus2 matematika dasar yang tinggal di-load dari hapalan plus asumsi2 keadaan ideal untuk mecahin soal kompleks.. intinya result-oriented, tentunya dengan catatan kita harus tahu di mana posisi kita, apakah detailnya fatal ato nggak.
Nah, masalah datang ketika "detail-skipping" ini simply efek sifat malas, parahnya serupa contoh yang disebutkan si penulis artikel, cenderung karena si pelaku sudah men-judge masalah yang dihadapinya terlalu sukar and not even try to deal with it. Tapi apakah semua Indonesian begitu? Nah perlu benchmark lagi emang..
Ini sebagai pengimbang aja. Gimane Moy? Gimana loe liat sisi positifnya? Buka pop-mie sampai batas tertentu loe ikutin? kayaknya itu lebih cenderung ke disiplin perfeksionis, semacam personality-disorder gitu dah! (belu bgt..haha)
ismoyoblog.blogspot.com is very informative. The article is very professionally written. I enjoy reading ismoyoblog.blogspot.com every day.
ReplyDeletepayday loan
canada payday loans