03 December 2010

BACK IN BLACK


Namaku William Criville, dan aku baru saja dipecat...


Tapi itu setelah aku menghantamkan muka bosku ke mesin fotokopi. Yeah, panjang ceritanya. Aku tadinya merupakan pegawai fresh graduate di kantor akuntan publik Leeroy & Jenkins. Pekerjaan yang sedang-sedang saja, seru enggak, membosankan juga enggak. Hanya saja satu-satunya hal yang membuat aku tidak betah ialah si kepala bagian, seorang bule belanda bernama De Mikhareer. Bagian ini tidak usah diceritakan, karena aku yakin kalian para pembaca juga pasti pernah punya atasan brengsek. Okey, kalikan itu dengan sepuluh dan didapatlah De Mikhareer pukimak ini. 

Setelah 8 bulan bekerja, rasanya sudah cukup selalu dimaki-maki olehnya tanpa alasan yang masuk akal. Ia memang terkenal pandai bicara sarkastis. Lidah mungkin lebih tajam dari pedang, tapi mesin fotokopi jelas lebih keras dari hidung. Aku tadinya sudah bersiap mengantisipasi jika ada karyawan lain yang mencoba menghentikanku, tapi nyatanya semua hanya menonton dan tertegun. Malah, dalam langkahku keluar kantor, aku sepertinya mendengar beberapa tepuk tangan...



Itu aku 3 bulan yang lalu. Sekarang aku masih pengangguran. Bukannya belum ada panggilan interview, tapi aku memang belum melamar lagi kemana-mana. Aku menganggap ini sebagai "waktu istirahat sementara". Lagipula uang di rekeningku masih cukup untuk mendukung gaya hidup pengangguran ini, yah setidaknya untuk beberapa bulan lagi ke depan. 




Aku kembali ke kamarku setelah belanja dari seven-eleven terdekat. Kamar ini berantakan, seperti biasa, tetapi tidak seperti berantakan kamar laki-laki pada umumnya. Tidak ada asbak penuh rokok, kaleng-kaleng bir kosong, maupun majalah wanita bugil berserakan. Yang berserakan ialah oil filter bekas, sprocket gear, air filter berbagai merek, beberapa disc brake baru (masih bingung mau pakai yang mana), dan ada juga fuel injector diagnostic tool yang aku dapatkan dengan susah payah lewat internet. Yah, aku memang maniak bongkar-pasang motor, tapi yang jelas bukan maniak dekorasi kamar...



Hmm... 3 bulan sudah menganggur, dan hanya satu yang aku rindukan dari pekerjaan itu, yaitu lembur sampai larut malam. Tidak, bukan karena aku gila kerja atau haus uang lembur, tapi karena pada saat perjalanan pulang di tengah malam, aku berkesempatan memacu motorku sampai top speed di jalanan Moyopolis. Hal yang tidak bisa dilakukan saat matahari masih melotot. Saat jadi pengangguran, sudah terlalu malas untuk bangun malam-malam hanya untuk melakukan itu....

Ah, tapi malam ini kenapa tidak? Toh stamina masih banyak, dan si Aprillia Shiver 750 GT sudah lama tidak merasakan RPM maksimum. Okey, aspal lurus rata tak bertuan, tunggu aku malam ini....


(pukul 11:49 malam)

Tempat ini adalah jalur favoritku. Cukup lebar, penerangan baik, namun sedikit bergelombang sehingga pembalap-pembalap liar yang kebanyakan masih menggunakan dual shock tidak berminat berpacu disini. Artinya memang selalu sepi jika tengah malam. Agar tidak cepat rusak, aku memacu si Shiver dengan kecepatan rendah dahulu, lalu setelah lampu merah dekat patung Kolonel Sanders, baru aku membetot gas sampai full, mengganti gigi setiap mencapai 7000 rpm, dan merasakan kekuatan 2 silinder Liquid-cooled DOHC sampai gigi enam... Kepuasan yang sulit digambarkan dengan kata-kata....



Saat mengganti dari gigi empat ke lima, aku melewati dua buah motor lain. Harley sepertinya. Keduanya langsung seketika terpacu untuk mengejarku. Aku menyamakan kecepatan sejenak untuk melihat tipe kedua Harley tersebut. Yang satu ialah Iron 883 tahun 2010, dan satunya lagi kurang jelas karena sudah dimodif cukup heboh, mirip Softail Cross Bones sih kayaknya. Tapi satu hal yang aku tahu pasti, bahwa keduanya tidak akan bisa mengalahkan Shiver 750 pada gigi enam, walaupun mesin mereka lebih besar. Ini bukan dari pengalaman sih sebenarnya, tapi karena aku rajin membaca spek-spek motor di majalah dan internet. Dalam hal ini, Shiver unggul dalam rasio gigi final. Yak ternyata benar, dari kaca spion terlihat lampu depan keduanya makin menjauh di belakang....

Yeah, aku mengalahkan Harley malam ini. Aku melambatkan laju Shiver karena sudah merasa menang, dan toh tidak jauh di depan ada lampu merah. Pada tengah malam begini sih biasanya lampu itu dilanggar orang-orang karena jalanan sepi dan tak pernah ada polisi, tapi aku tetap berhenti persis sebelum garis. Rupanya kedua Harley itu tidak, dan masih menganggap balapan belum selesai. Mereka tetap membetot mesin pada kecepatan tinggi melewati lampu merah yang seolah cuma dekorasi natal bagi mereka...

Daaannn.... sesuatu yang mengejutkan terjadi: sebuah Ford Gran Torino hijau melintas dari arah kanan. Si Iron 883 hitam berhasil menghindar, namun tidak bagi satunya. Setelah bunyi klakson dan bunyi besi menghantam besi, sang pengendara motor Cross Bones look-alike tergeletak di aspal, tapi kemudian bangun lagi sambil berjalan agak pincang. Hmm... mendingan cabut aja nih, daripada panjang urusan. Lagipula itu salah mereka sendiri toh. Si pengemudi Gran Torino juga berpikir yang sama, toh tidak sampai membunuh orang, mungkin pikirnya begitu. Baik Shiverku maupun Gran Torino segera melaju meneruskan perjalanan, sementara kedua pengemudi Harley masih di sana....




2 hari setelah kejadian itu. Aku baru kembali dari bermain futsal bersama rekan-rekan kuliahku dulu. Kini aku sedang mampir untuk makan di Burnt Toast Diner. Tempat langgananku nih, bukan karena makanannya enak, tapi karena parkirnya gratis. "Nasi goreng kambing lada hitam, sama jus alpukat !!" kataku pada Bill, si pelayan....



Tempat itu seperti bar Amerika jaman dulu, ada beberapa meja bilyar yang sudah jarang dimainkan, koleksi whiskey di rak, poster Lynyrd Skynyrd dan Deep Purple di tembok, dan ada juga jukebox tua tapi masih berfungsi di pojok ruangan. Dan di dekat pojok itu duduklah seorang pria usia 30-35an yang juga langganan bar ini. Namanya Nathan. Aku tidak pernah kenalan sih, hanya tahu namanya setelah bertanya pada Bill. Ia selalu duduk di tempat yang sama, mengenakan topi abu-abu, dan sepertinya selalu memesan minuman yang sama. Aku sudah sering melihatnya di sini, namun kami tidak pernah mengobrol. Kelihatannya kami berdua memang lebih fokus ke makanan masing-masing....

"Oh iya, Bill, nasi gorengnya gak pedes yaa!!", Aku lupa kalau sedang sariawan. "Wah, sudah terlambat kalau bilang sekarang", kata Bill sambil menyodorkan sepiring nasi goreng kambing. Apa boleh buat, mudah-mudahan tidak begitu terasa di bibir yang sariawan. Sambil makan, aku iseng melihat ke arah Nathan, sepertinya ia sudah selesai makan dan akan keluar. Sepertinya aku pernah melihat Nathan entah dimana dulu, tapi ia selalu memakai topi sehingga mukanya tidak terlihat jelas, dan ingatanku akan wajah seseorang memang payah. Kulihat ia membayar menggunakan kartu debit, sama seperti hari-hari sebelumnya...

Barulah saat itu ada bunyi mesin-mesin Harley Davidson dari depan bar, dan sepasukan pria berjaket kulit masuk. Geng motor HD dan bar klasik? Yang kurang dari gambar ini hanyalah Schwarzenneger bugil, pikirku sambil menahan untuk tidak tertawa. Mereka masuk bersamaan dengan Nathan keluar. Lalu salah satu dari geng motor itu berkata sambil menunjuk ke arahku, "Itu dia, Jaketnya kayak gitu persis!!"



Wah, aku baru terpikir kalau kejadian 2 malam lalu itu berkemungkinan menyebabkan mereka membalas dendam. Tapi kenapa aku? Kenapa tidak si pengendara Gran Torino? Atau jangan-jangan dia sudah duluan dihabisi? Aku berhenti mengunyah dan segera menghabiskan jus alpukat, kemudian menoleh ke arah mereka.

Saat itu Si Nathan masuk kembali ke bar dan berkata "Maaf, ada motor putih yang menghalangi motor saya yang mau keluar...". Salah satu anggota geng motor kemudian menjawab "BRISIK LOE !!! PINDAHIN SENDIRI AJA OM !!!",  yang sepertinya merupakan pemilik Harley putih. Nathan kemudian segera keluar lagi, cukup masuk akal baginya untuk menjauhi masalah...

"Elu yang punya Aprillia warna merah di depan?", tanya salah satu anggota geng motor yang sepertinya merupakan pemimpin. "Betul, ada masalah?", tanyaku. Benar rupanya, mereka mau ngajak berantem. Pada detik ini aku sudah bisa membayangkan kekerasan apa saja yang bakal aku lakukan pada geng motor sialan ini.

Kekerasan


Lalu tanpa basa-basi lagi, ia menyerangku tiba-tiba dengan tinju kanan. Untung ia cukup lamban, aku menghindar sekaligus turun dari kursi bar, melakukan side-step ke kanan, lalu memberikan tendangan ke samping kepalanya. Ia terhuyung dan menabrak meja. Tiga bulan belajar taekwondo saat masih sekolah dasar rasanya tidak percuma.

Segera saja teman-temannya bertindak. Mungkin kalian para pembaca yang budiman mengira aku melakukan tindakan yang konyol, mencari ribut dengan sepasukan testoteron ganas yang lebih suka berkelahi daripada makan. Tidak, aku mungkin seorang pengangguran mantan pegawai kantor akuntan publik, tapi dalam berkelahi jalanan, aku dikenal dengan nama THE TRANSLATOR...





Eh, kenapa TRANSLATOR? Beberapa saat lagi kalian akan tahu kenapa aku memilih nama itu. Salah satu anggota geng berjaket coklat menerjang maju. Aku menghantam kepalanya dengan lutut, lalu menendang perutnya yang kini terbuka sambil berkata "MAKAN TUH, TUKANG TENGTUT SAMA EMAK-EMAK !!!" ("Eat that, Motherfucker !!!!"). Kemudian aku memanfaatkan momentum itu untuk melepaskan diri dari kepungan. Salah satu dari mereka sepertinya tidak siap, sehingga aku menyerangnya duluan dengan kombinasi tendangan lurus dan tendangan putar. Kemudian aku kembali memancing emosi mereka dengan berteriak "MAJU SINI, LUBANG-LUBANG PANTAT !!" ("Come here, Assholes!!!")

Dua orang menyerang bersamaan. Aku menendang kaki salah satunya, namun kena hantaman di punggung oleh yang satu lagi. Aku terhuyung namun masih bisa memilih arahnya sehingga tidak menuju kepungan yang lain. Ia menyerang lagi dengan tinju. Aku melakukan sedikit evasi ke samping, merendahkan lutut, lalu menusukkan siku ke ulu hati si penyerang sambil menapakkan kaki depan keras-keras ke lantai. Ia terjatuh sambil memegangi perut. Yang barusan itu bukan taekwondo, tapi jurus RIMONCHOCHU dari aliran Tinju Delapan Mata Angin - Gerbang Terbuka yang kupelajari dari youtube...

RIMONCHOCHU !!!

Sebuah botol menghantam kepalaku dari samping, namun untungnya tidak terlalu keras. "APAKAH TENGUT??" ("What The Fuck ??"), kataku sambil menoleh ke arah sumber lemparan. Saat aku ingin menyerang orang yang melempar botol, ia kabur dan temannya menghalangi. Kuhajar orang yang menghalangi, lalu ia kembali melempari botol. Tuh orang bener-bener sakit di pantat (pain in the ass)...

Berapa yang sudah kujatuhkan? Berapa sisanya? Aku sudah kehilangan hitungan. Beberapa orang menyerang lagi. Akupun membela diri dengan sekuat tenaga, dan mulai asal-asalan. Tiga bulan taekwondo maupun pengalaman main game fighting sudah tidak lagi berguna. Kali ini situasinya benar-benar gawat. Ditambah lagi mereka mulai mengeluarkan senjata seperti pisau dan brass knuckle. Apakah ini akan menjadi pertarungan terakhir bagi William "THE TRANSLATOR" Criville?

Well, kalaupun iya, maka ini adalah pertarungan terakhir, sekaligus pertarungan kedua....... Emm... betul, THE TRANSLATOR bukanlah jagoan yang sudah melegenda dan disegani penjahat, melainkan yang mengetahui nama itu barulah beberapa preman yang kuhajar beberapa minggu lalu karena memaksa menagih ongkos parkir di tempat yang mustinya gratis. Ah, sepertinya jalan membasmi kejahatan ini juga akan mengalami nasib sama seperti pekerjaanku, berumur pendek. Hmm, The Translator, nama apaan tuh? Mungkin seharusnya aku memilih nama yang lebih keren, seperti The Multi-Language Mutilator, The Subtitle Serpent, Bilingual Brawler, atau apa kek. Tapi gak akan ngaruh juga kalau sudah dikeroyok begini...

Aku sudah mendapatkan beberapa hantaman di bahu dan iga, dan kini ada dua orang di depanku yang menodongkan pisau. Weleh, ini bener-bener mimpi buruk. Tapi aku sudah berniat akan menghadapi kematian dengan jantan. Dan sedetik kemudian, "benda" itu melayang di atas kepalaku....

"KOTORAN SUCI...." ("Holy Shit"), kataku sambil mencoba menghindar, namun sebenarnya tidak perlu karena "benda" itu bukan mengarah padaku....

Pada perkelahian bar umumnya, "benda" itu biasanya merupakan sebuah botol, sebuah gelas, sebuah kursi, atau pada kesempatan langka, sebuah keyboard yang digunakan untuk live music...

.....


Kali ini, "benda" itu merupakan sebuah Harley Davidson Sportster XR1200X warna putih.....

Wait, What ??


"Benda" itu menembus jendela kaca depan bar, melayang di dalam ruangan sambil membuat satu kali putaran horizontal di udara, melayang di atas kepalaku dan aku sempat melihat sekilas stiker bertuliskan "WARNING, CINTAMU TAK SEBERAT MOTORKU" di spakbor belakangnya. Dan akhirnya menimpa kedua orang yang tadinya menodongkan pisau...

Semua orang melihat keluar, dan Nathan masuk dari pintu depan. Ia berkata, "Maaf, saya pindahin motornya ke situ...

Ajegile, apa iya dia yang melemparkan tu motor? Kedua orang tadi sudah gak bergerak setelah tertimpa motor bermesin 1200cc. Stiker itu sepertinya benar...

"GUE BUNUH LOE !!!", ancam salah satu anggota geng motor kepada Nathan sambil mengangkat kursi bar, namun sepertinya masih berpikir dua kali untuk maju menyerang. Nathan menjawab, "Kapan? Besok?". Dan akhirnya anggota geng itu mengayunkan kursinya ke arah Nathan. Nathan melompat maju lebih dulu dan melakukan tendangan lompat dua-kaki dan menghancurkan kursi sekaligus mengenai lawannya. Lalu ia segera berlari menghampiri anggota geng lain yang masih tertegun dan tidak siap. Nathan mencengkeramnya pada kerah baju dan melemparkannya ke pojok ruangan. Tubuhnya mengenai jukebox, dan, seperti pada film-film humor lawas, jukebox itu aktif. Lagu yang dipilih oleh jukebox secara random ialah "BACK IN BLACK" dari AC/DC. Kini alunan musik rock mengiringi perkelahian seorang pria usia 30an melawan sepasukan geng motor...



"Back in black, I hit the sack. I've been too long I'm glad to be back..."

Orang lain memegang Nathan dari belakang, lalu Nathan melakukan salto ke belakang melalui punggung lawannya sehingga kini Nathan yang berada di belakang lawannya. Dan ia melakukan GERMAN SUPLEX sempurna ke lantai kayu yang keras. 

"Cause I'm back. Yes I'm back..."

Ada lagi yang berlari untuk menyerangnya dari belakang. Nathan melompat ke meja bar, menolakkan kakinya ke meja dan melompat ke arah si penyerang yang tidak siap. Nathan menyambar leher lawan di ketiak, lalu memanfaatkan momentum lompatan untuk mengayunkan badannya ke samping lawan dan menjatuhkan kepala lawannya  ke lantai. FLYING TORNADO DDT....

"Yes I'm in a bang with a gang. They've got to catch me if they want me to hang..."

Satu orang melompat dari meja bar untuk menyerang Nathan. Salah besar. Nathan menangkap lehernya di mid-air dan menjatuhkan badannya sendiri sehingga lengannya memberikan impact yang cukup keras pada leher lawannya. JUMPING NECKBREAKER...

"Well I'm back in black. Yes I'm back in black...."

Aku sudah dalam keadaan setengah babak belur ketika menyaksikan pertempuran ajaib ini. Nathan? Pria luntang-lantung yang sudah agak berumur? Yang kelihatannya kayak pengangguran tanpa kemampuan bela diri? Yang kerjaannya saban hari cuma makan sendirian di bar ini? Ini bukan mimpi kok, sakit di rusuk terasa nyata. Aku kenal orang yang sangat ahli dengan gerakan-gerakan itu, tapi tidak mungkin dia. Orangnya sudah menghilang tanpa kabar selama setahun lebih, malah gosipnya, dia udah meninggal...

Pertempuran selesai. Semua anggota geng HD tiduran di lantai bar. Bill keluar dari dapur, dan entah kenapa ia tidak terlalu kaget. Nathan mengeluarkan kartu debitnya pada Bill untuk membayar semua kerusakan. Kartu itu lagi. Ah, ternyata benar. Dari jarak segini, aku bisa melihat nama yang tertulis di kartu ATM itu, ternyata memang dia...

...Si Shotgun dari Selatan, Si Dinamit dari Depok, Si Crowbar dari Cinere, Si Ganteng dari Gandul...(umm, bukan, yang  terakhir itu julukan orang lain deng...)











Di kartu debit itu tertulis: MUHAMMAD JONATHAN DROPKICK...













Namaku William Criville, dan aku baru saja menyaksikan kembalinya sang jagoan...



4 comments:

  1. shit... gue lupa menambahkan tokoh cewe dalam cerita ini...

    ReplyDelete
  2. Hell Yeah! All hail Johny!!!
    Muhammad Johnathan ?!
    -w4j0-

    ReplyDelete
  3. kenapa cuman adegan brantemnya yang detail banget ya....? cowok banget sih.........

    ReplyDelete